![]() |
| Istimewa. |
Dari momen sakral ini, Gereja Puhsarang kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu titik energi spiritual terpenting di Indonesia. Kompleks ziarah yang telah berdiri sejak 1936 ini mendapat peningkatan jumlah pengunjung selama Tahun Yubileum yang dimulai sejak tanggal 25 Desember 2024 lalu, bertepatan dengan Hari Natal. Gereja Puhsarang tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga rumah bagi umat yang ingin mencari pengampunan kepada Tuhan.
Adanya titik energi spiritual ini tidak serta-merta terjadi karena Gereja Puhsarang dan Tahun Yubileum saja, tetapi konon katanya kawasan ini berada di jalur lintas energi spiritual Tanah Jawa. Lokasi yang terletak di lereng gunung Wilis ini dipercaya oleh sebagian besar orang merupakan sebuah kawasan yang dipercaya menyimpan resonansi historis, religius, dan alamiah yang memperkuat proses penyembuhan batin.
Tak jarang umat Katolik hingga penganut kepercayaan lain pun senang untuk mengunjungi Gereja Puhsarang. Selain karena ketenangannya untuk ibadah, banyak pengunjung yang juga mencari ruang untuk meditasi, refleksi, dan kontemplasi dari pikiran mereka yang begitu ramai. Khususnya di tengah arus budaya yang serba cepat ini.
Perjumpaan Energi Pengorbanan dan Pemulihan: Jalur Salib Bukit Golgota Puhsarang
Terletak tak jauh dari kompleks Gua Maria Lourdes Puhsarang, Bukit Golgota berdiri sebagai representasi simbolis Calvary di Yerusalem—tempat pengorbanan terbesar dalam iman Katolik. Di Puhsarang, Golgota bukan sekadar replika; ia menjadi ruang perjumpaan batin di mana cerita sengsara Kristus diterjemahkan ulang melalui lanskap alami Tanah Jawa.
Secara fisik, jalur ini adalah tanjakan berbatu yang membentang mengikuti kontur bukit. Pada setiap tikungan dan tingkatannya, pengunjung akan menemukan perhentian Jalan Salib—mulai dari pengadilan Yesus hingga wafat dan dimakamkan-Nya. Pengunjung tidak hanya melihat kembali kisah sengsara Kristus, tetapi menghidupinya secara fisik melalui langkah kaki yang berat, napas yang teratur, dan hening yang mengantar mereka masuk ke ruang kontemplasi terdalam.
Dalam tradisi Katolik, Golgota adalah titik di mana kasih Allah mengalir paling kuat, momen ketika pengorbanan menjadi sumber pemulihan. Di Puhsarang, makna itu seolah diperkuat oleh atmosfer Tanah Jawa yang telah lama dikenal sebagai ruang yang menyimpan jejak energi spiritual. Terletak di kaki Gunung Wilis, kawasan ini dipercaya menyimpan getaran leluhur yang membuat suasana ziarah semakin kental, seolah alam pun ikut mendoakan.
Bukit Golgota Puhsarang adalah titik lintas energi spiritual, persilangan antara iman Katolik, kesadaran batin, dan jiwa Tanah Jawa. Sebuah perjumpaan antara penderitaan dan pengharapan, antara memikul salib masing-masing dan menemukan pemulihan yang menguatkan kembali langkah hidup.
Memasuki Tahun Yubileum, perjalanan ke Bukit Golgota menjadi semakin bermakna. Yubileum adalah tahun pembebasan, pengampunan, dan pemulihan rohani. Jalur Salib di Puhsarang seakan mengajak umat untuk melepaskan rasa bersalah yang lama dipikul, mengampuni apa yang perlu dilepaskan, dan kembali kepada Tuhan dengan hati yang dimurnikan.
Yohanes (41), pengunjung asal Jakarta mengaku bahwa ada sebuah energi luar biasa yang ia rasakan di Puhsarang ini. “Di Bukit Golgota, apalagi dekat salib besar itu, ada sensasi hangat di dada. Sulit dijelaskan, tapi jelas bukan sugesti. Seperti diingatkan: kamu tidak berjalan sendiri,” ucapnya sambil menunjuk salib di Bukit Golgota.
Agenda Ziarah & Perayaan Menyambut Yubileum 2025
Gereja Puhsarang telah menyiapkan sejumlah agenda rohani dan kontemplatif, termasuk:
● Misa Jumat Legi, tradisi spiritual bernuansa budaya Jawa yang terus diminati peziarah
● Perayaan Jalan Salib Akbar, dengan rute penuh di Bukit Golgota
● Sesi doa dan retret batin bersama komunitas rohani
● Pembukaan jalur refleksi malam, suasana hening di bawah cahaya obor
Seluruh kegiatan ini dipersembahkan untuk mendukung perjalanan batin umat di masa pembebasan dan pemulihan.
Puhsarang Juga Merupakan Ruang Iman yang Terbuka untuk Semua
Ketenangan Puhsarang tidak hanya menjadi magnet bagi umat Katolik, tetapi juga memikat banyak pengunjung dari berbagai latar belakang kepercayaan. Kompleks religius yang berdiri di lereng Gunung Wilis ini sudah lama dikenal sebagai tempat di mana siapa pun dapat merasakan kedamaian batin, refleksi, dan keheningan yang menyentuh jiwa.
Menurut Suwito, Ketua Stasi Puhsarang, kawasan ini memang sejak awal menjadi ruang yang inklusif. “Wisata religi dalam artian mereka yang mau hadir. Bagi mereka yang Katolik bisa berdoa kepada Bunda Maria. Tapi tidak menutup kemungkinan dan juga banyak pengunjung dari non-Katolik juga hadir, dan mereka juga menikmati keindahan dari Puhsarang ini,” ujarnya.
Keramahan spiritual yang ditawarkan Puhsarang membuatnya tidak hanya menjadi tujuan ziarah umat Katolik, tetapi juga destinasi bagi mereka yang mencari ketenangan batin, penyembuhan diri, atau sekadar ingin menikmati karya arsitektur yang penuh filosofi.
Arsitektur Puhsarang menjadi salah satu daya tarik terbesar. Dirancang dengan menggabungkan nilai liturgi Katolik dan kekayaan budaya Nusantara, kompleks ini dianggap sebagai salah satu inspirasi arsitektur modern Indonesia yang tetap berakar pada tradisi lokal. Menjadi cerminan sebuah harmoni antara iman, alam, dan identitas budaya.
Ninie Susanti Tedjowasono, Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia, menyampaikan bahwa gereja yang usianya mendekati satu abad ini menyimpan nilai budaya dan toleransi yang tinggi.
"Gereja ini tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga merupakan contoh arsitektur yang menggabungkan budaya lokal dan Eropa," kata Ninie.
Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana mengungkapkan bahwa ada banyak situs-situs penting di Kabupaten Kediri. Beliau akan mendukung 100% pengembangan infrastruktur. "Ke depan kami juga akan mendorong pariwisata di Kabupaten Kediri dan menguatkan tagline Kediri Berbudaya," kata dia.
Kini perjalanan menuju Puhsarang semakin mudah dan nyaman. Wisatawan dari berbagai kota dapat terbang langsung menuju Dhoho International Airport, bandara modern yang menjadi pintu gerbang baru menuju Kediri dan kawasan sekitarnya. Dari bandara, perjalanan menuju Puhsarang hanya memerlukan waktu sekitar 30–40 menit melalui akses jalan yang mulus dan terhubung dengan baik.
Kehadiran Dhoho International Airport membuat Puhsarang semakin terjangkau, terutama bagi peziarah dari Jakarta, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah Indonesia Timur.
Bandara ini juga memfasilitasi lonjakan wisata religi serta membuka peluang lebih besar bagi masyarakat non-Katolik untuk merasakan pengalaman spiritual yang unik di Puhsarang. Dedy Hariyadi
