Iklan

Pada Rakornas BPSDM Kemendagri, Ary Ginanjar: Bicara ASN Adalah Bicara SDM BerAKHLAK

Selasa, Juni 06, 2023 WIB Last Updated 2023-06-06T08:31:38Z
Advertisement
Foto bersama peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BPSDM Tahun 2023 dengan tajuk Kolaborasi ASN Unggul Mewujudkan Visi Nasional dan Daerah yang digelar di Ballroom Flores, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2023).

Jakarta, pelitatoday.com - Founder ESQ, Ary Ginanjar Agustian menegaskan bahwa dalam rangka membangun percepatan pengembangan kompetensi ASN, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemendagri seharusnya tidak hanya bicara soal anggaran atau sistem, namun merancang tentang kualitas ASN agar memiliki core values BerAKHLAK.


Hal itu ia sampaikan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BPSDM Tahun 2023 dengan tajuk Kolaborasi ASN Unggul Mewujudkan Visi Nasional dan Daerah yang digelar di Ballroom Flores, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2023).


"BPSDM jangan hanya bicara soal strategi, anggaran, sistem, namun bicara mengenai ASN adalah bicara manusia-manusianya. Berbicara mengenai manusia sesungguhnya bicara tentang perilaku manusia, maka dari itu presiden RI meluncurkan core values BerAKHLAK," ujar Ary.


BerAKHLAK adalah Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.


Ary menjelaskan, pada kondisi saat ini yang sedang mengalami guncangan VUCA, yaitu perubahan terjadi begitu cepat, kehidupan penuh dengan ketidakpastian, dan aturan yang dibuat begitu banyak sehingga menjadi kompleks serta penuh ambigu.


Maka diperlukan fondasi yang kokoh untuk mempertahankan ASN dan Indonesia guna mencapai visi Indonesia Emas 2045, yaitu dengan memiliki core purpose (tujuan-tujuan dasar) dan core values (nilai-nilai dasar).


“Yang kita butuhkan SDM yang agility, sanggup menghadapi berbagai perubahan. Change agility, mental agility, people agility, learning agility, dan result agility,” imbuh Ary.


Merujuk dalam Permenpan nomor 38 Tahun 2017, ada tiga standar kompetensi ASN yakni kompetensi teknis, manajerial, dan sosio kultural. Ary menuturkan bahwa kompetensi, skill, dan knowledge berperan 30%. Sedangkan attitude memiliki kontribusi besar 70% untuk dikenal sebagai moral dan perilaku yang saat ini digunakan sebagai core values BerAKHLAK.


Namun ketika ditemukan ASN bermasalah, yang diubah dan diperbaiki hanyalah peraturannya. Padahal kesalahan tersebut ada dalam pelaksanaan tugas ASN. Untuk itu, yang harus dibangun adalah kompetensi sosio kultural.


“Karena sesungguhnya jika kita bicara teknis, kompetensi tersebut bisa sangat mudah ditemukan di internet. Untuk memiliki kompetensi manajerial juga yang kita sebut dengan agility, kemampuan mengelola SDM masih dirasa mudah ditemukan dalam kanal internet," paparnya.


"Tapi yang sulit adalah membangun kompetensi sosial kultural. Kapasitas yang mana ini bukanlah skill, melainkan kapasitas hati, keluasan hati. Ini yang seharusnya menjadi fokus kita," tutur Ary.


Dalam sesi BerAKHLAK untuk Transformasi ASN ini, Ary mengajak BPSDM untuk bersungguh- sungguh membuat keputusan untuk merubah apa yang selama ini keliru. 


“Dalam era ini yang saat ini adalah era informasi, semua dapat berubah dengan cepat. Sehingga yang kita butuhkan adalah meluaskan hati, bukan kepala. Kapasitas ini yang kita butuhkan," sambung Ary.


Ary melanjutkan dengan membagikan lima level sosio kultural ASN. Pertama adalah dependent yang hanya fokus kepada orang lain untuk pemenuhan kebutuhan dasar. 


Dua adalah ego independent yaitu fokus dengan ego pribadi. Pada level ketiga, fokusnya kepada orang lain dan lingkungan sosial untuk dirinya yakni socio dependent.


Sedangkan level keempat yaitu intra independent, di sinilah level dimana ASN memiliki prinsip dan nilai-nilai yang diyakini. Lalu pada level lima adalah interdependent (noble purpose), ASN fokus untuk memberikan kontribusi kepada lingkungan sosial dan masyarakat. Inilah Bangga Melayani Bangsa.


“Sudah jelas apa yang telah dibuat oleh Permenpan mengenai tiga kompetensi. Maka kita fokuskan terlebih dahulu untuk kompetensi sosio kultural yakni kapasitas, kemudian kompetensi manajerial yaitu agility, dan terakhir barulah kompetensi teknis,” tandasnya.


Pada kesempatan itu, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono juga berkesempatan hadir dan memberikan sambutan dihadapan 135 peserta Rakornas.


"Dengan bangga pagi ini rekan-rekan BPSDM berkumpul di DKI Jakarta yang kami harapkan dapat menjadi tulang punggung dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia. Semoga Rakornas BPSDM ini dapat menyongsong Indonesia Emas 2045," ujar Heru.


Selain itu, Wakil Kemendagri John Wempi Wetipo menyebut bahwa peran BPSDM sangat penting untuk kemajuan bangsa Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.


“Indonesia performa dalam kancah global perlu ditingkatkan melihat dari daya saing yang rendah. Dan peningkatan global ini banyak bergantung kepada sumber daya manusia. Yang menjadi perhatian khusus BPSDM," ucapnya. Dedy

Advertisement

  • Pada Rakornas BPSDM Kemendagri, Ary Ginanjar: Bicara ASN Adalah Bicara SDM BerAKHLAK

Berita Lainnya

- Advertisement -

Ads x